Khamis, 25 Ogos 2011

gabenor kelantan yang berjiwa rakyat, ................adakah ada pada pemimpin yang lain...............

Sandainya Nik Aziz Gubernur Aceh? - Harian Aceh


BANDA RAYA 9 JUN 11: Fakhruddin Lahmuddin bersama kawan-kawannya dari Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Besar bersilaturrahmi ke Negeri Kelantan, Malaysia. Mereka ingin menjumpai seorang pemimpin rakyat yang mungkin sekali tak ada di daerah lain, apalagi di Aceh.

Namanya Tuan Guru Dato’ Nik Abdul Aziz bin Nik Mat. Lebih akrab disapa “Nik Aziz”. Dia menjabat Menteri Besar (gubernur) Negeri Kelantan sejak 20 tahun terakhir. Karena kepemimpinannya, oleh rakyat, ia digelar Umar bin Khattab-nya Kelantan. Musabab itulah, Fakhruddin dan kawan-kawan ingin belajar pada gubernur berusia 84 tahun itu.

Saat tiba di depan pendopo, rombongan disambut sekretaris gubernur; karena Nik Aziz sedang dalam perjalanan pulang dari Kuala Lumpur. Lalu mereka dipersilakan duduk di ruang pertemuan berkapasitas 200-an orang. Sungguh, mereka terpana. Kursi dan meja kayu, kipas dan mimbar usang, pula perabotan lainnya, tampak sederhana, jauh sekali dengan di Aceh atau provinsi lainnya.
Tak berapa lama kemudian Nik Aziz hadir. Ia berjubah putih (selalu demikian, menurut cerita warga Kelantan). Mereka selanjutnya beramah-tamah. Usai Fakhruddin dan kawan-kawan menyampaikan maksud kedatangannya, Nik Aziz pun berbicara.
“Nak jaga dan bangun Kelantan tak sulit bagi saya. Yang sulit adalah nak jaga diri saya dari godaan duniawi,” tutur Nik Aziz menanggapi penilaian Fakhruddin dan kawan-kawan tentang ketenteraman Kelantan, dimana mayoritas penduduknya Melayu asli.
Pernyataan tersebut memantik semangat Fakhruddin untuk terus mengorek sisi menarik lain dari seorang Nik Aziz. Ketua MPU Aceh Besar itu pun memerolehnya dari melihat sendiri maupun berdasarkan cerita penduduk Kelantan.
Pertama, begitu dilantik jadi Menteri Besar (MB) Negeri Kelantan, dinas pembangunan umum setempat segera menawari Nik Aziz untuk mengaspal dan memperbaiki jalan sekitar rumah dan pesantren miliknya. “Jangan, jangan! Kenapa sebelum saya jadi MB tak diperbaiki? Tak boleh,” tegasnya. Orang dinas terdiam.
Kedua, Nik Aziz selama jadi gubernur tak pernah tidur di pendopo. Ia menilai, kalau tidur di pendopo harus menyewa guard (satpam) dan tukang kebun, misalnya. Lalu pekerja itu digaji dengan uang negara, dimana uang itu seharusnya dipakai untuk menyejahterakan rakyat. Ia tak mau begitu. Gubernur Aceh sekarang juga tak mau tidur di pendopo, tapi berbeda tujuannya dengan Nik Aziz.
Ketiga, Nik Aziz tinggal di rumah yang sangat sederhana. Rumahnya berkonstruksikan kayu. Kecil. Padahal sampai kini ia sudah punya 10 anak dan 55 cucu dari istri tunggalnya. Fakruddin dan kawan-kawan terpana lagi ketika berkunjung ke rumahnya. Tak ada satupun pengawal yang jaga-jaga di rumah pemimpin salah satu negara bagian Malaysia itu.
Keempat, Nik Aziz pelayan tamu. Suatu kali ada wartawan asing ingin menjumpai Nik Aziz di rumahnya. Usai dipersilakan masuk oleh seorang lelaki tua, wartawan itu menunggu sang gubernur. Tak lama kemudian, lelaki tua tadi keluar dengan membawakan minuman.
“Saya ingin menjumpai Nik Aziz, apa dia ada di sini?” kira-kira begitu tanya si wartawan. “Inilah saya Nik Aziz yang kamu maksud,” sahut lelaki tua itu. Si wartawan terkejut dan malu. Lalu satu pertanyaan menarik darinya timbul lagi kemudian, “Anda seorang gubernur, apa tidak takut tinggal di rumah dengan tak ada seorangpun guard?” Dengan mantap Nik Aziz menjawab, “orang yang perlu pengawal adalah orang yang punya musuh, punya masalah. Saya tak punya masalah dengan siapapun. Guard saya adalah beribadah kepada Allah.”
Kelima, Nik Aziz turut membersihkan tandas (sebutan WC oleh orang Malaysia). Suatu kali, sekira jam 3 pagi waktu Malaysia, seorang santri melihat ada bayang-bayang seorang lelaki di sebuah WC pesantren milik Nik Aziz. Ia heran, yang membersihkan toilet seharusnya tugas santri. Begitu didekatinya, ternyata lelaki itu pemimpin pesantren tempat dia belajar, yaitu Nik Aziz. Ia merasa malu.
Keenam, suatu malam, seorang warga keturunan Cina kebingungan karena mobil yang dikemudinya mogok. Lalu sebuah mobil tua berhenti. Seorang lelaki tua turun dari dalamnya. Lalu membantu si Cina itu. Bahkan ditemani sampai ke bengkel. Esok pagi, ia terkejut. Ia melihat di koran, ada foto orang yang membantunya semalam. Ternyata lelaki tua itu Nik Aziz.
Begitulah Nik Aziz. Fakhruddin Lahmuddin menceritakannya beberapa hari setelah ia pulang dari Kelantan. Tepatnya, Ketua MPU Aceh Besar itu mengisahkan kepada saya pada Jumat 27 Mei 2011 yang panas, usai mengajar di Fakultas Dakwah IAN Ar-Raniry Banda Aceh. “Masih banyak cerita menarik lain tentang Nik Aziz selama jadi gubernur, cerita yang nyaris mustahil ada pada diri pemimpin di Indonesia maupun negara lain,” katanya. Dia tidak sedang berbohong.
Adakah calon gubernur di Aceh seperti gubernur Kelantan iu?
Aceh di ambang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). “Sulit menemui calon pemimpin seperti Nik Aziz di Aceh, maka patut memilih yang mendekatinya,” kata pemimpin Ponpres Umardian itu.
Lalu dia menganalogikan pada seorang sopir bus penumpang yang mengalami situasi membahayakan. Tiba-tiba saja, sekitar tiga meter di depannya seorang lelaki tua sedang menyebrangi jalan dengan melangkah pelan, sendiri. Di kanan, bus lain berusaha menyalipnya. Sedang di kiri, ada jurang yang dalam. Sopir gamang. Kalau menabrak lelaki tua itu pasti mati. Kalau mengelak atau mengerem, bus pasti masuk jurang dan semua penumpang kemungkinan besar akan mati. “Pilih mana?”
“Begitu juga dalam hal memilih pemimpin,” katanya. Bila seandainya semua calon pemimpin tergolong zalim–baik tingkat tinggi maupun rendah–, maka patut memilih satu pemimpin yang zalimnya paling rendah di antara lainnya. Bila pada cerita sopir di atas, lebih bagus menabrak seorang lelaki tua itu daripada masuk jurang lalu semua penumpang mati.
Kemudian Fakhruddin menyebutkan satu hadits sahih riwayat Bukhari yang artinya, “Rasulullah pernah bersabda, `Bantulah saudaramu yang zalim dan yang terzalimi`. Lalu sahabat rasul bertanya,`Ya Rasulullah, kami tahu bagaimana cara membantu orang yang terzalimi, tapi bagaimana kami membantu orang yang zalim?` Rasulullah menjawab, `cegah ia dari melakukan kemungkaran.”
Musim Pilkada banyak “orang zalim” yang minta dibantu saat pemilihan. Bila ada pemimpin–yang sudah bisa dipastikan kalau kepemimpinannya kelak akan menyengsarakan rakyat–meminta bantuan pada kita untuk memilihnya, maka bantulah dia.
“Caranya, jangan memilihnya saat pemilihan berlangsung. Jika kemudian ditanya kenapa tak bantu, cukup dijawab, ‘saya sudah bantu Anda supaya tidak menjadi pemimpin yang zalim. Supaya kejahatan tidak terus bertambah. Maka saya bantu menguranginya dengan tidak memilih Anda saat pemilihan.’ Jika ada calon lain yang minta bantu juga, hadapi dengan cara yang sama,” katanya.
Maka jalan untuk menemukan Nik Aziz di Aceh akan terbuka meski dalam jangka yang lama, dengan catatan konsep “membantu orang zalim” itu harus konsisten dipegang rakyat. Jika tak besar gengsi, pemimpin di Indonesia patut meniru Nik Aziz. Dan andai saja Nik Aziz Gubernur Aceh sekarang, maka majulah Aceh.
Makmur Dimila
Masjid & pemandangan Kampung [ACEH]. Rumah kampung..
(IH)

bila kena batang hidung , macam cacing kepanasan


Khir Toyo: Bukan ancaman, cuma peringatan
Salhan K Ahmad
Ogos 25, 11
4:07pm
Bekas menteri besar Selangor, Datuk Seri Dr Khir Toyo hari ini menafikan tanggapan bahawa beliau memberi ancaman kepada Umno apabila menimbulkan dakwaan berhubung konspirasi di kalangan tiga orang menteri ke atasnya.

Sebaliknya, kata Khir, ia hanyalah satu peringatan dan teguran kepada individu berkenaan, yang tetap enggan dinamakannya.

khir toyo interview 150910Beliau juga tidak berpendapat bahawa kenyataannya – berhubung konspirasi tiga orang menteri berkenaan supaya beliau dikenakan hukuman penjara atas tuduhan rasuah – akan melemahkan lagi Umno dan BN Selangor.

"Tak ada (ancaman). Terpulanglah kepada siapa yang kena tegur itu. Mereka sepatutnya kerja lebih keras untuk perkukuhkan Umno dan memenangi pilihan raya, lebih-lebih lagi di Selangor," katanya kepada Malaysiakini ketika dihubungi hari ini.

Jelasnya, individu berkenaan sepatutnya menumpukan ke arah usaha berkenaan dan bukannya terhadap kes perbicaraan yang sedang dihadapinya.

Ditanya sekiranya salah seorang daripada individu berkenaan merupakan menteri pertanian dan industri asas tani, Datuk Seri Noh Omar, Khir hanya tertawa.

"Saya tak mahu sebut sesiapa. Siapa makan cili, dia rasalah pedas. Siapa makan nangka, dialah yang kena getah, bukan?," kiasnya.

Dalam pada itu, Khir turut memberi peringatan kepada individu berkenaan supaya tidak mengganggu sistem kehakiman

Beliau menimbulkan isu berkenaan kerana berasa ragu setelah menerima surat berhubung arahan mahkamah mengenai keputusan supaya beliau membela diri atas dakwaan yang dihadapinya.

"(Tapi) saya dapat (surat berkenaan) seminggu sebelum mahkamah buat keputusan (supaya membela diri). Surat itu dari mahkamah Shah Alam tapi nombor faksnya daripada Putrajaya," katanya lagi.

Jelasnya, surat menimbulkan tandatanya kerana pada kebiasaannya surat seperti itu akan dihantar selepas sesuatu keputusan mahkamah dibuat.

"Kalau ikut peguam saya, amalan seperti ini jarang berlaku," katanya lagi yang menambah, salah satu daripada dua pucuk surat itu ditandatangani oleh seorang pegawai mahkamah.

Ditanya sekiranya beliau berpendapat bahawa surat berkenaan menunjukkan wujudnya campurtangan pihak tertentu dalam keputusan mahkamah, Khir berkata beliau tidak ingin membuat sebarang kesimpulan.

"Sukar untuk saya katakan, tapi ianya pelik bagi saya (terima surat sebelum keputusan mahkamah dibuat). Biarlah rakyat umum yang tentukan.

"Saya masih percaya kepada sistem perundangan. Sebab itu saya tidak buat kenyataan. Mahkamah sepatutnya bebas daripada sebarang pengaruh.

"Ianya hanya satu peringatan kepada mereka yang terlibat, jangan ganggu sistem (kehakiman). Saya cuma memberi peringatan kepada mereka bertiga supaya kembali kepada perjuangan asal," katanya lagi.